Review Ketiga Buku Filsafat Ilmu
Nama = Hestiria Fujiani
NIM/Kelas = 203070102002/B
Mata Kuliah = Filsafat Ilmu
Jurusan = Ilmu Administrasi Negara
3. Review Ketiga Buku Filsafat Ilmu
Identitas
Buku Filsafat Ilmu |
|||
Judul |
: |
Pengantar
Filsafat Ilmu |
|
Cetakan |
: |
Cetakan
pertama, Januari 2016 |
|
Tempat
Terbit |
: |
Bogor |
|
Penulis |
: |
Suaedi |
|
Penerbit |
: |
PT
Penerbit IPB Press |
|
Tebal
|
: |
VIII
+ 144 hlm |
A.
BAB
1 COMPARE
1.1
Kesamaan
yang dilihat dalam buku
Kesamaan yang
dapat dilihat dalam buku yang berjudul Pengantar Filsafat Ilmu adalah sebagai
berikut.
· Thomas
Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan David Hume sama-sama berpendapat bahwa sumber
utama pengenalan berasal dari suatu pengalaman.
·
Amsal Bakhtiar, Dr. Mulyadi
Kartanegara, dan John Hospers berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah alat
untuk memperoleh ilmu.
·
Amsal Bakhtiar dan Jujun Surya
Sumantri memiliki kesamaan pendapat bahwa sumber pengetahuan adalah emperisme,
rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
· John Locke dan David Hume berpendapat
bahwa manusia awalnya tidak tahu apa-apa mengenai pengetahuan.
·
Rene Descartes, Spinoza, Leibzniz, dan
Wolff sama-sama menganut paham rasionalisme.
·
Platoadan Aristoteles menyampaikan
bahwa filsafat merupakan pengetahuan yang meliputi suatu kebenaran.
·
Ford dan Suriasumantri (2003) menyatakan
kebenaran berhubungan dengan asas korespondensi.
·
Slamet dan Imam Santoso (Soemargono 1984: 65) mengemukakan tiga sumber
kemajuan, yaitu (1) hubungan Islam dan Semenanjung Iberia dengan negara-negara
Perancis. (2) Perang Salib (1100−1300) yang terulang sebanyak
enam kali menjadikan tentara Eropa menyadari kemajuan negara- negara Islam, dan
(3) jatuhnya Istambul ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453 sehingga para
pendeta dan sarjana mengungsi ke Italia dan negara-negara di Eropa.
·
Salam (1997: 139) dan Eman Sulaeman sama-sama berpendapat bahwa berpikir
ilmiah adalah suatu proses berpikir.
·
Mumuh mulyana Mubarak, SE dan Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa berpikir ilmiah didasarkan pada deduktif dan induktif.
·
Menurut Bloch dan Trager bahasa adalah
suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Pendapat Bloch dan Trager memiliki kesamaan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Joseph Broam. Menurut Joseph Broam, bahasa
adalah suatu sistem dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.
·
Bakhtiar (2004) menyatakan bahwa ontologi menurut istilah merupakan ilmu yang membahas
hakikat yang ada. Hal tersebut sama dengan yang dikemukakan
oleh Aristoteles, dia
mengemukakan bahwa ontologi merupakan pembahasan mengenai hal ada sebagai hal
ada.
·
Ali Mudhofir 1985: 53 dan William
James 1824−1910 dalam Kaelan (1991: 30) menyatakan bahwa ukuran kebenaran
sesuatu hal adalah ditentukan oleh akibat.
·
Warner J Saverin dan James Tankard Jr
mengatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian
keterampilan, sebagai seni, dan sebagai ilmu.
·
Aristoteles, Plato dan Rousseau sama-sama
menyatakan bahwa seni adalah peniruan terhadap alam.
·
Copernicus (1473−1543) dan Galileo (1564−1642) sama-sama
berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat dari tata surya.
·
Franz Magnis Suseno (1992: 28) dan Van
Peursen (1980: 97) sama-sama berpendapat bahwa etika amat berperan pada semua
diskusi mengenai ilmu.
B.
BAB
II CONTRAST
2.1
Ketidaksamaan
yang dilihat dalam buku
Ketidaksamaan
yang dilihat dalam buku yang berjudul Pengantar Filsafat
Ilmu adalah sebagai berikut.
· Dr.
Mulyadi Kartanegara memiliki pandangan bahwa sumber pengetahuan adalah indra,
akal, dan hati. Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar dan Jujun Surya Sumantri
memiliki kesamaan pendapat bahwa sumber pengetahuan adalah emperisme,
rasionalisme, intuisi, dan wahyu.
· Rene Descartes tidak menganggap pengalaman indra (empiris) sebagai
sumber pengetahuan, tetapi akal. Sedangkan Thomas Hobbes, Jhon
Locke, Berkeley, dan David Hume sama-sama berpendapat bahwa sumber utama
pengenalan berasal dari suatu pengalaman.
· Prof. Dr. Fuad Hasan menyatakan
bahwa filsafat adalah suatu
ikhtiar untuk berpikir radikal. Sedangkan menurut Rene Descartes filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
· Drs. Sidi Gazalba berpendapat bahwa pengetahuan adalah
apa yang diketahui, hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Sedangkan John Dewey
tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran, oleh karena
itu pengetahuan harus mengandung suatu kebenaran.
· Thales mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es dan bumi ini juga berada di atas air (Tafsir 1992). Sedangkan menurut Anaximandros (610−540 SM) menjelaskan bahwa substansi pertama bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya. Anaximenes berpandangan bahwa asas pertama segala sesuatu dari udara karena udara melingkupi segala yang ada. Sehingga dia tidak setuju dengan pendapat bahwa unsur utama alam adalah air atau tanah.
· Menurut Heraklitos, realitas seluruhnya bukanlah
sesuatu yang lain daripada gerak dan perubahan. Sedangkan menurut Parmenides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi.
· Copernicus
menemukan bahwa matahari berada di pusat jagad raya
dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya
dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Sedangkan Teori Ptolomeus (Geosentrisme) mempertahankan bumi sebagai pusat jagad raya.
· Copernicus berpendapat bahwa lapangan ini merupakan
sebuah model untuk perhitungan. Sedangkan menurut Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda
angkasa dalam suatu lintasan yang tertutup.
· Salam
(1997: 139), pengertian berpikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu dan proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri, berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
· Random
House Dictionary seperti dikutip Naisbitt (2002: 46), teknologi adalah sebagai
benda, sebuah objek, bahan, dan wujud yang jelas-jelas berbeda dengan manusia.
Sedangkan menurut Miarso (200: 62), teknologi adalah proses yang meningkatkan
nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk,
produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada dan
karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem.
· Ahdian Karta Miharja berpendapat bahwa seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya. Sedangkan menurut Prof. Drs. Suwaji Bastomi seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
C.
BAB
III CRITIZE
3.1
Pandangan
Terhadap Buku
·
Keunggulan
buku :
Buku
karangan Suaedi yang berjudul “Pengantar Filsafat Ilmu” ini banyak menjelaskan
teori-teori dasar dari sebuah pengetahuan, sehingga sangat baik untuk para
pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Teori-teori yang dikemukakan
oleh para ahli juga dijelaskan dengan baik. Sampul buku yang digunakan sangat
menarik perhatian dengan gambar yang menarik. Buku ini juga mempunyai kelebihan
pada alur penjelasan materi yang teratur, dimulai dari sejarah filsafat.
Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami alur buku ini.
·
Kekurangan
buku :
Buku karangan Suaedi yang berjudul “Pengantar Filsafat Ilmu” ini juga terdapat kekurangan, yaitu ada beberapa ejaan yang kata yang salah dan penggunaan kata atau kalimat yang berulang, sehingga akan membingungkan pembaca untuk memahami isi buku ini. Spasi yang digunakan buku ini juga terlalu rapat, sehingga membuat mata pembaca menjadi jenuh.
D. BAB IV SYHNTESIZE
4.1 Membandingkan dalam Buku
Perbandingan
di dalam buku karangan Suaedi yang berjudul “Pengantar Filsafat Ilmu” ini dapat
dilihat dari teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Pemikiran-pemikiran
para ahli yang berbeda menjadi perbandingan di dalam buku ini, contoh sebagai
berikut :
·
Copernicus berpendapat bahwa lapangan
ini merupakan sebuah model untuk perhitungan. Sedangkan menurut Keppler,
astronomi menjadi penentuan gerakan benda-benda angkasa dalam suatu lintasan
yang tertutup.
·
Salam (1997: 139), pengertian berpikir
ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu
dan proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri, berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi.
·
Rene Descartes tidak menganggap
pengalaman indra (empiris) sebagai sumber pengetahuan, tetapi akal. Sedangkan
Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan David Hume sama-sama berpendapat bahwa
sumber utama pengenalan berasal dari suatu pengalaman.
·
Menurut Heraklitos, realitas
seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain daripada gerak dan perubahan. Sedangkan
menurut Parmenides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi.
E.
BAB
V SUMMARIZE
5.1 Meringkas Isi Buku
·
BAB
1 Sejarah Filsafat
Perkembangan filsafat tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang muncul pada masa peradaban Kuno (masa Yunani). Pada periode filsafat Yunani terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Masa abad pertengahan pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris. Pada masa abad modern pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafat mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman. Filsafat dewasa atau filsafat abad ke-20 juga disebut filsafat kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus pada bidang bahasa dan etika sosial.
·
BAB
2 Sumber Ilmu Pengetahuan
Rasionalisme,
beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio (berpikir). Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar, maka semakin dekat pula manusia kepada kesempurnaan.
Empirisme,
secara epistimologi istilah empirisme barasal dari kata Yunani, yaitu emperia
berarti pengalaman. Sumber
ilmu pengetahuan dikemukakan oleh John Hospers
dalam Kebung
(2011: 43−45), yaitu pengalaman indrawi,
penalaran, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan.
Filsafat memiliki banyak cabang- cabang filsafat seperti logika, metodologi, metafisika, filsafat agama, dan lain-lain. Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan, namun juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.
·
BAB
3 Filsafat, Ilmu, dan Pengetahuan
Filsafat
secara etimologi, dalam
bahasa Yunani dengan istilah Philosophia.
Kata Philosophia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta (love) dan
sophia
yang berarti kebijasanaan (wisdom), sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan
spekulatif.
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan.
Ilmu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi,
serta berusaha mencapai generalisasi. Macam-macam jenis ilmu, yakni ilmu praktis,
ilmu praktis normatif, ilmu praktis positif,
ilmu spekulatif ideografis,
ilmu spekulatif nomotetis
dan
ilmu spekulatif teoretis.
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya.
·
BAB
4 Perkembangan Ilmu
Zaman Pra-Yunani Kuno menurut Mustansyir dan Munir (2006:
87−98) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Ø Pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari didasarkan pada pengalaman.
Ø Pengetahuan
diterima sebagai fakta dengan sikap selalu menghubungkan dengan kekuatan magis.
Ø Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan
pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
Ø Kemampuan
meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang
pernah terjadi.
Zaman
Yunani banyak melahirkan filsuf
yang abadi, seperti Thales (abad ke-6 SM). Ciri-ciri
zaman Yunani ditandai oleh:
Ø Setiap
orang memiliki kebebasan mengungkapkan ide,
Ø Masyarakat
tidak lagi mempercayai mitos-mitos, dan
Ø Masyarakat
tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja,
tetapi pada sikap yang menyelidiki secara kritis.
Zaman pertengahan ditandai dengan tampilnya para theolog dalam dunia
ilmu pengetahuan di belahan bumi Eropa. Pada masa ini, kemajuan ilmu matematika membangun mode
matematika dan memperkenalkan sistem desimal.
Zaman renaissance ditandai
dengan kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Zaman
peralihan ketika budaya tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu.
Zaman
modern ditandai dengan penemuan dalam bidang ilmiah. Slamet dan Imam Santoso (Soemargono 1984: 65) mengemukakan tiga sumber
kemajuan, yaitu (1) hubungan Islam dan Semenanjung Iberia dengan negara-negara
Perancis. Para pendeta Perancis banyak belajar di Spanyol dan kembali
menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya, (2) Perang Salib (1100−1300)
yang terulang sebanyak enam kali menjadikan tentara Eropa menyadari kemajuan
negara- negara Islam, dan (3) jatuhnya Istambul ke tangan bangsa Turki pada
tahun 1453 sehingga para pendeta dan sarjana mengungsi ke Italia dan negara-negara
di Eropa.
Zaman
Kontemporer, ilmu fisika menempati kedudukan yang penting.
Menurut Trout (Mutansyir dan Munir 2001: 135), fisika
dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung
unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.
·
BAB
5 Kebenaran dan Sikap Ilmiah
Manusia memiliki sifat yang senantiasa mencari jawaban
atas pertanyaan yang timbul dalam kehidupannya.
Teori korespondensi menyatakan bahwa kebenaran adalah
kesesuaian antara pikiran dan kenyataan teori.
Teori koherensi/konsistensi berpendapat bahwa suatu
kebenaran adalah apabila ada koherensi dari arti tidak kontradiktif pada saat
bersamaan antara dua atau lebih logika. Teori
pragmatisme berpandangan bahwa kebenaran diukur dari
kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability), dan pengaruhnya
memuaskan (satisfactory consequences).
Seorang ilmuwan dituntut untuk melakukan sikap ilmiah
dalam melakukan tugas ilmiah. Tugas ilmiah itu antara lain mempelajari,
meneruskan, menolak atau menerima, serta mengubah atau menambah pikiran ilmiah.
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap adalah sekumpulan respons yang
konsisten terhadap objek sosial. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud,
yaitu sikap skeptis, sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap
objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan
kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan.
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan
atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain
berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab-akibat) yang hakiki dan universal.
Berpikir dengan mendasarkan pada kerangka pikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan berpikir ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah disebut sahih ketika menyimpulkan sesuatu dengan benar. Metode induksi adalah suatu cara penganalisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individu) menuju pada hal yang besifat umum (universal). Metode deduksi adalah kebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, metode deduksi sebaliknya yaitu bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Berpikir sistemik adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang kompleks dengan menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk mengetahui pola hubungan yang terdapat di dalam setiap unsur atau elemen penyusun sistem.
·
BAB
6 Sarana Ilmiah
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang
lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar
manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa, yaitu koordinator
kegiatan-kegiatan masyarakat, penetapan pemikiran dan pengungkapan,
penyampaian pikiran dan perasaan,
penyenangan jiwa, serta
pengurangan kegoncangan jiwa.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid,
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir
deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan. Matematika sebagai ilmu deduktif
yang didasarkan atas
penjabaran-penjabaran. Dalam ilmu sosial, matematika biasa digunakan untuk
menggambarkan kondisi politik dalam sebuah suasana politik.
Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan mengembangkan prinsip- prinsip, metode, dan prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka: pengumpulan data angka, penyusunan atau pengaturan data angka, penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, penganalisisan terhadap data angka, penarikan kesimpulan (conclusion), pembuatan perkiraan (estimation), serta penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.
·
BAB
7 Kajian Bidang-bidang Filsafat
Definisi ontologi berdasarkan bahasa berasal dari
bahasa Yunani, yaitu On (Ontos) merupakan ada dan logos merupakan ilmu sehingga ontologi
merupakan ilmu yang mengenai yang ada. Ontologi menurut Suriasumantri (1990) membahas
mengenai apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Fungsi dan manfaat dalam mempelajari ontologi, yaitu
berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi, dan postulat-postulat ilmu.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “logos”. “Episteme”
berarti pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori.
Epistemologis membahas tentang terjadinya dan
kesahihan atau kebenaran ilmu. Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan
satu sama lain dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang
berbeda-beda.
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti
asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan
menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.
Bedasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata ‘axios’ dalam bahasa Yunani artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa aksiologi adalah ‘ilmu tentang nilai’. Nilai dipahami sebagai pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu. ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan bergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
·
BAB
8 Ilmu, Teknologi, dan Seni
Teknologi
adalah kemampuan menerapkan suatu pengatahuan dan kepandaian membuat sesuatu
yang berkenaan pengetahuan dengan suatu produk, yang berhubungan dengan seni
serta berlandasan pengetahuan ilmu ekstaksa bersandarkan pada aplikasi dan
implitasi ilmu pengetahuan itu sendiri (Suaedi, 2016).
Seni menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ahli
membuat karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
lain sebagainya.
Prof. Drs. Suwaji Bastomi: seni adalah aktivitas batin
dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai
daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
Ilmu dasar (basic
science) merupakan landasan kajian ilmiah yang bersifat asasi yang
digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan (Maman Rachman
2008: 207). Teknologi dan seni bersifat subjektif karena digunakan untuk tujuan
tertentu yang bergantung pada penguasa teknologi dan seni, tetapi tetap harus
diikuti norma moral etika kemasyarakatan yang luas (Suaedi,
2016).
Filsafat dan ilmu adalah dua yang saling terkait, baik
secara substantial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Teknologi yang humanis adalah teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah humanistik. Teknologi itu harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar potensi setiap pribadi dapat berkembang secara optimal, tetapi tidak memisahkan pribadi-pribadi tersebut dari tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah semua yang diketahui manusia sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah menjadi ilmu.
·
BAB
9 Ilmu dalam Strategi Insani
Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan
batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah (Suaedi, 2016). Antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
dalam etika menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan
tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolok ukurnya yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang serta berlangsung di
masyarakat.
Moral lebih mengacu pada suatu nilai atau sistem hidup
yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat.
Moral reasoning adalah
proses dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai
apakah sesuai atau menyalahi standar moral.
Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu pengetahuan yang punya
ciri-ciri. Mohamad Hatta berpendapat bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabit
ataupun kedudukannya tampak dari luar dan menurut bangunannya dari dalam
(Endang hal 45). Sifat-sifat ilmu, yaitu empiris, sistematis, umum, dan akumulatif.
Secara garis besar tanggung jawab pokok ilmuwan adalah (1) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, profesional dan mempublikasikan temuannya); (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang sudah/akan memengaruhi kehidupan masyarakat dan mengomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan kemanusiaan, mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya, dan mengembangkan kebudayaan nasional. Ciri-ciri seorang ilmuwan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu cara kerja, kemampuan, dan sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi. Berikut adalah peran atau fungsi ilmuwan yang berkaitan langsung dengan aktivitasnya sebagai ilmuwan, yakni sebagai intelektual, sebagai ilmuwan, dan sebagai teknikus.
Daftar Pustaka
· Suaedi. 2016.
Pengantar Ilmu Filsafat. Bogor : PT Penerbit IPB Press.